Sudah dingin

Sore ini.. 
Hening.. Dingin.. Gelap.. 
Aku suka rasa ini.. 
Keheningan ini.. 
Kebahagiaanku adalah memeluk waktu seorang diri, berselimutkan rintihan ini sendiri.. 
Aku suka masa-masa ini..
Tidak dengan kau..
Tidak dengan dia..
Tidak dengan mereka..
Biarkan aku berdansa dengan khayalku..
Berbincang dengan teman terbaikku...diriku...

Permainan hidup bergulir menertawakan...
Ini lagi.. Itu lagi..
Berulang layaknya komidi putar ketika ku kecil..
Namun permainan ini tidak lagi menyenangkan seperti dahulu..
Menyesakkan..

Dunia pun terdiam...
Langit tampak berkaca-kaca.. Ah, sungguh.. 
Permainan ini lagi yang akan kau suguhkan?
Aku mau berhenti bermain..
Aku mau berhenti saja.. Bisakan kau mengikuti kemauanku, hai empunya kehidupan?

Tiga tahun lalu..
Terbukti sekarang..
Apakah kau menyadarinya?
Inilah jeritan, teriakan yang berbuah kenyataan..
Tak perlu lagi sebuah penjelasan..
Tak pelak lagi sebuah kenyataan..
Apa yang perlu diteriakkan?
Dan nyawa sedang meregang..
Sesak.. Penat.. Tak ada asa tersisa..
Buntu..
Berhenti berteriak, kartu itu sudah berbicara..

Kering sudah sang empunya hati..
Tertempa besi dengan besi..
Berkarat..
Ibarat bendungan yang meluap..
Tumpah tak tertahan lagi..

Aku si benar.. Aku si betul.. Aku si nomer satu..
Biarlah langit dan hujan menjadi saksi kebungkaman yang membawa arti..
Namun masih saja bumi terbutakan beralas kasihan..
Inilah kasihan yang sesungguhnya.. Pahit yang tidak ditunjuk di depan muka..

Sudah cukuplah satu kuk, berkelebihan kuk membuat sulit berjalan..
Namun rasanya tidak jera2 mengikuti..
Ah, mungkin memang salah memilih jalan ini..
Rasa terakhir semakin terang...

Hai manusia-manusia berkepala singa..
Waktunya telah tiba..









Comments

My Other Celotehan