Special need kids....
Beberapa minggu terakhir ini gw menjalani perjalanan bersama anak2.. Masuk dan menjadi bagian dari salah satu episode kehidupan mereka.. Seneng dan kaget ternyata masih ada ibu2 anak yg tetep inget sama gw dan blg bahwa anaknya pernah diperiksa gw.. Terharu.. Bukan hanya karena dia inget sama gw, tapi karena anak mereka itu adalah anak berkebutuhan khusus...
Gw hari ini bukan mau berteori atau apapun... Gw cm bercerita bagaimana keseharian anak2 ini.. Bagaimana paradigma masyarakat terhadap anak2 ini.. Anak berkebutuhan khusus ini sangat luas cakupannya.. Mulai dari mental retardasi, autis, cerebral palsy, segala macam tuna (rungu, daksa dll) atau apapun bentuknya yg membuat anak2 ini tidak bisa disejajarkan dengan anak biasa... Dan itu... Sangat berat...
Anak2 ini.. Mereka sama dengan kita.. Hanya kadang mereka terlihat seperti terpenjara dalam dunianya, terkungkung dalam keterbatasan mereka.. Salah mereka? Ah, naif rasanya apabila kita menyalahkan orang tua.. Memang beberapa litelatur menyebutkan bahwa faktor resiko bisa infeksi pada kehamilan, kesulitan proses persalinan, prematur, dan masih banyak lainnya.. Namun hal ini tidak bisa dijadikan pegangan bahwa ini salah orang tua.. Atau bahkan yg lbh ekstrim lagi, ini adalah kutukan! Paradigma yg ada dalam masyarakat cenderung membuat orang tua merasa malu untuk mengakui anak mereka "berbeda" dan bahkan tidak mencari pertolongan.. Beberapa kunjungan gw ke SLB di kabupaten bandung, di bandung maupun klinik anak berkebutuhan khusus membuat gw sadar bahwa paradigma yg dijunjung oleh masyarakat membuat kerugian yg besar! Seandainya org tuanya berani mencari pertolongan lbh cepat maka dapat diberikan terapi yg lebih cepat sehingga outcome akan lbh baik. Ketidaktahuan juga memegang peranan penting. Misalnya saja, seorang ibu yg merasa anaknya dirasakan terlambat dibanding anak lain namun orang sekitarnya yg berkata... Tenang ajaaa, nanti juga bisa.. Itu gpp... Ternyata mereka datang sudah dalam keadaan dimana pihak medis tidak dapat berbuat banyak.. Namun yang paling parah adalah penyangkalan.. Sangat seriiinggggggggg, sori.. Gw harus menekankan.. Sangaaaaaatttttt serrriiiiinnnnngggg org tua yg menyangkal anaknya "berbeda". Sebenarnya memang mana ada orang tua yang ingin dianggap anaknya memiliki kelainan.. Seringkali gw tanya, ibu merasa apakah anaknya berbeda perkembangannya dibanding anak lain? dan sangggaaaaattttt serrrrrriiiiiinnngggg mereka menyangkal.. Anak saya baik2 saja dok.. Namun kalau ditanya kapan anak mereka bicara? Dan dijawab baru bisa satu kata saat 4 tahun, saya tanya apakah itu normal? Tetaaaapppp mereka bilang anak itu baik2 saja.. Inilah cerminan pendidikan kita.. Ketidak tahuan, butanya informasi, derajat pendidikan yang rendah membuat anak2 ini dikucilkan, ditelantarkan bahkan dipasung..
Anak2 ini, mereka ingin berkomunikasi, mereka ingin disayang dan mereka membutuhkan pertolongan! Dan ini bukan hanya tugas seorang atau sebuah lembaga, mulailah dari lingkungan sekitar kita. Puskesmas hendaknya menjaring anak2 berkebutuhan khusus ini di wilayah mereka, salah satunya saat melakukan posyandu yg dilakukan setiap bulannya. Selain itu, bisa dari komunitas kita.. Informasi tentang anak2 berkebutuhan khusus ini sebenarnya sangat mudah diakses.. Paradigma masyarakat sebaiknya diubah.. Mereka bukan manusia "tidak berguna"... Cap manusia terbuang harus dijauhkan.
Anak2 ini juga akan membebani orang sekitarnya. Mereka membutuhkan bantuan, bahkan tidak jarang hingga hal kecil seperti berpakaian.. Tujuan kita tidak muluk2, kita mengharapkan anak ini bisa mandiri untuk aktivitas sehari2 ataupun disesuaikan dengan kemampuan mereka.. Orang tua mereka juga memiliki beban berat, pertama mereka harus menerima dengan lapang dada. Banyak para bapak yg meninggalkan istri dan anaknya karena si anak berkebutuhan khusus. Kedua, mereka harus mnkan kontrak untuk tetap berteman dengan kata "sabar". Bayangkan saja, anak2 ini tidak bisa makan, minum, berpakaian, mandi.. Semua harus dibantu dan hanya sebuah cinta yang besar yg bisa membuat ibu2 ini bertahan dan bersabar.. Ibu2 ini menangis bercerita bagaimana perjuangan mereka yg berani keluar mengakui anaknya berbeda, mencari pertolongan, melakukan fisioterapi terus menerus... Salut untuk mereka.. Perjuangan yang tidak tahu kapan akan berakhir..
Comments
Post a Comment
sila tanya dimari, kakak..