TIps memilih sekolah #SolusiEmakGalau

Keputusan terpenting kedua dalam menjadi orang tua setelah memutuskan untuk memiliki anak (that's the first), adalah menyekolahkannya.. Karena pendidikan sudah menjadi hak semua anak.. Tapi, mau sekolahin dimana? Sebuah pertanyaan yang susah-susah gampang untuk dijawab.. Dengan sekian banyak jenis sekolah, tentu bukan menjadi hal mudah bagi seorang emak jaman now untuk memilih sekolah terbaik untuk anaknya.. Nah, saya sendiri akan berbagi tips untuk memilih sekolah anak. Oh, ya.. Saya bukan latar belakang pendidikan, tapi saya hanya dokter spesialis syaraf dengan suami seorang PhD lulusan Inggris, so.. buat kami berdua, jelas pendidikan bukan hal yang dianggap sebelah mata.. Yuk, kita bahas tipsnya..

Sebelumnya, ada cerita kocak nih.. Kalau orang tua jaman dulu bilang, anak harus lebih tinggi sekolahnya dari orang tuanya, maka anak saya harus subspesialis, konsulen atau postdoc ehm mungkin profesor karena pendidikan ortunya S3.. Kesian bener anak saya.. Ga, pemikiran kaya gitu adalah salah. Kenapa salah? Makanya baca terus..

1. Tentukan prioritas and make a list
Maksudnya seperti ini. Beberapa anak dipersiapkan oleh orang tuanya untuk sekolah di luar negri nantinya, maka salah satu listnya adalah international school (ga wajib, cuma lebih baik).. Selain masalah bahasa yang menjadi faktor utama sehingga anak akan lebih mudah adaptasi jika pindah ke luar negri, sekolah seperti ini mengadaptasi sistem pengajaran luar dengan beberapa modifikasi sehingga bisa disamakan dengan pendidikan di Indonesia.. Sekolah internasional mengembangkan kreatifitas anak dengan lebih baik, mendukung anak untuk ekpresif dan berekplorasi. Namun jika ingin mendapatkan edukasi yang lebih mudah untuk disetarakan alias mengikuti "jejak" kita jaman dahulu, mungkin sekolah konvensional boleh menjadi pilihan. Atau ingin anak masuk sekolah yang religi? Banyak sekolah dengan dasar agama yang memiliki reputasi bagus, loh.. Kenalilah minat, personaliti anak. Bukan berarti anak suka monyet, binatang kemudian disekolahkan di sekolah alam, ya.. Ga gitu juga cara mainnya.. Setelah melihat potensi, kebutuhan, bahkan kekurangan si kecil, buatlah list. Catat semua hal yang ingin kalian miliki dari sekolah idaman kalian, make a checklist and you are ready to trial.. Oh ya, jangan lupa ajak si kecil turut serta ya mom. Biarkan dia memiliki waktu yang cukup untuk menilai sekolah, ajak main dan lihat dimana anak merasa nyaman. Ajak berdiskusi, hal ini akan mengajarkan dia bahwa suaranya didengar sehingga jika besar nanti dia akan lebih mudah untuk mengutarakan pendapatnya..

2. Jangan abaikan jarak tempuh. Sebuah contoh, sebelum saya memilih tempat tinggal (Batam atau Jakarta), hal pertama yang saya pikirkan adalah sekolah si anak baru kemudian rumah kami akan menyesuaikan. Why? Karena saya tidak mau anak saya kelelahan dan saya teriak-teriak takut terlambat sehingga mereka menjadi bumerang yang mematikan.. Apalagi kemacetan kota besar seperti sekarang ini, think wise..

3. Sesuaikan dengan KEBUTUHAN, bukan KEMAUAN orang tua
Anak sebelum usia 2 tahun sebaiknya memakai bahasa ibu.. Atau, jika kalian tinggal di luar negri sebaiknya gunakanlah bahasa negara tersebut supaya si anak tidak bingung mendengar bahasa indonesia di rumah, di luar rumah memakai bahasa lain, atau kalau masih stay di Indonesia, si ortu di rumah pake bahasa Inggris tapi si mbok pengasuh pake bahasa Indo, oma pake bahasa mandarin atau bahasa daerah lain?! Ya, bingung otaknya... It's a big No.. Sebelum usia 2 tahun, kids should mastered mother language.. Setelah 2 tahun mereka akan dengan sangat mudah belajar second language.. Memangnya apa yang akan terjadi jika sedini mungkin dihadapkan pada berbagai bahasa? Karena anak akan memiliki resiko terjadi speech delay. Sedih kan hanya gegara mau mengenalkan bahasa lain secepatnya ujung-ujungnya anak jadi korban? Pasien gw pada nyesel akhirnya.. Tenanglah, otak itu amazing banget, mereka sangat cepat belajar, dalam sehari perkebangan bahasa mereka sangat cepat.. Setelah 2 tahun yuk mulai belajar bahasa lain, and violaa.. our kids will mastered the languages like a native.. Believe me..
Lain kasus.. Tidak sedikit juga anak yang sebenarnya kurang bisa mengikuti sekolah reguler yang dipaksa oleh orang tuanya hanya karena malu.. Atau, si ortu merasa anaknya harus masuk sekolah terbaik (menurutnya) dengan dalih "mama papa ingin yang terbaik buat kamu".. Pasien gw banyak yang sering "dipaksa" tapi anaknya malah bertambah parah, sakit kepala, kejang dan lainnya. I am a living proof when parents push their children according to parent's need.. Sebuah kesalahan besar yang akan membawa pada penyesalan, ortu emosi, anak menyalahkan orangtua, gagal dalam pelajaran dan tidak sedikit yang jatuh menjadi depresi. Kemauan orangtua tidak akan menjadi sesuatu hal yang baik jika si anak ga mau. Sekolah terbaik sekalipun tidak akan pernah menjadikan anak kita menjadi sukses. Karena sekolah bukan untuk mengejar nilai.. atau pride semata..

4. Perlu ga sih baby school?
Tergantung kebutuhan.. Pada dasarnya anak usia sebelum 2 tahun itu sedang mengekspolrasi dengan lingkungan secara sensorik, mulai dari memasukkan semua ke mulut, peraba dll.. Nah, stimulasi ini sangat mudah untuk dilakukan di rumah. Waktu kecil, setiap pagi NLO saya ajak menginjak rumput, pasir, slime, bebatuan, bahkan dengan boks.. Be creatif! Menyanyilah dengan anak kita, bacakan buku setiap malam, dan berbagai cara mudah lain.. Sesekali boleh ikut kelas.. Jadi, ga perlu juga "sekolah". Tapi kalau kalian ingin "lebih" ya monggo.. Karena saya tidak melihat kelebihannya, hanya belajar sosialisasi dan.. rentan bapil, mak...

5. Fasilitas
Jelas kita sebagai orang tua ingin sekolah yang lengkap fasilitas. Jika anak kita minat dengan musik, carilah sekolah yang menunjang bakatnya, atau minimal mampu mengekspresikan keminatannya.. Beri dia jalan, salah satunya dari fasilitas sekolah.. Satu hal yang baik menurut saya adalah fasilitas psikolog. Di sekolah anak saya dulu, setiap tahun ditawarkan untuk tes psikologi, IQ, kepeminatan yang saya ga ngerti namanya apa. Dan kami diberi waktu untuk berdiskusi sehingga kita menjadi mengerti apa kelebihan dan kekurangan yang dapat disisipkan di rumah. Selain itu ketika di playgroup + daycare anakku, ada kunjungan dokter anak, dokter gigi, bahkan fisioterapis.. Sedikit cerita, anakku itu hampir melewati fase merangkak (cara merangkaknya salah), maka datanglah dokter rehabilitasi medik dan anakku difisioterapi seminggu dua kali dan sang fisioterapis mengajarkan juga pada gurunya dan SAYA.. Jadi dia bisa latihan di sekolah dan rumah.. Too good to be true? Saran saya.. Jelilah mencari sekolah..

6. Metode pembelajaran
Hal yang paling krusial untuk saya adalah masa kindergarten. Why? Karena dia akan dipersiapkan untuk sekolah. Sebelum saya memilih sekolah si sulung dulu, saya berkeliling mencari tau metode pembelajaran apa yang mereka pakai. Jelas, sebagai seorang neurolog, saya ga mau sekolah yang prioritasnya adalah supaya anak bisa pandai baca tulis.. And I am not INTO the school who is teaching to the test.. Itu usia mereka bermain sambil sedikit belajar.. Tapi intinya masih bermain yang menjadi kebutuhan utama. Pemilihan saya pada sekolah si sulung adalah karena mereka lebih ke arah story telling, building blocks, komunikasi, kematangan emosional, menuju "the real school" dan mereka dengan bangganya mengatakan.. Maam, in this school.. Best of conduct is the goal, the highest accivement among all those subject (math, science, etc). Yup.. Saya tau saya tidak salah memilih..  I've been looking for this teaching phylosophy..
Beda halnya pemilihan untuk adiknya, si kecil ini turbo learner, like a machine.. Tapi.. Dia sangat picky, butuh sekolah agak "keras", konvensional dan merupakan pilihan DIA.. Anak saya yang kedua ini unuk, garis keras "bosan" club dan selalu menangis tiap diantar sekolah (sudah 3 sekolah).. Hingga pada akhirnya dia berkata, mama, cliff mau sekolah disana.. Drama juga sih tetep, tapi saya mendengarkan.. Dia tau saya memilih disana karena itu pilihannya.. Beda anak, beda cerita..

7. Lihat jejak sekolah
Tilik keunggulan dan lulusannya.. Bukan dilihat dari jumlah trophy, karena lomba karaoke sekampung juga dapet trophy, mak... Lihat sekolahnya, lulusannya, pertemanannya. Sedikit cerita ketika saya ingin memasukkan si sulung pada sebuah sekolah internasional di bilangan tangsel tepat di depan perumahan elite, saya melihat cara mereka bersosialisai. Dan saya jelas memutuskan untuk say NO karena mereka kasar, jutek, tidak menghargai teman.. Jelas nampak kualitas pengajarannya bagaimana, sorry not sorry gw harus bilang tu sekolah menang mahal doang.. Dan tidak heran ketika saya cek lulusannya B aja menurut saya..

8. Terbuka dan JELAS
Maksud saya adalah komunikasi antar sekolah dan orang tua, sekolah dan murid. Anak harus merasa nyaman untuk bisa bercerita pada gurunya di sekolah.. Kalau gurunya barking orders, ya anak ga akan mau.. Oh ya.. Saya senang sekali melihat buku outline, handbook anak-anak saya setahun ke depan. Apa yang akan mereka pelajari, progres, bagaimana menilai progres pembelajarannya.. Jelas saya kecewa jika sekolah sasaran tidak dapat menuliskan plan mereka ke depan. Karena mengajar itu untuk saya bukan asal jadi. Butuh perencanaan matang.. Walau jelas waktunya mungkin fleksibel namun outline kurikulum buat saya penting.. Toh mereka tiap tahun mengajar, kan ya? Ya masa saya ga bisa tau apa saja yang akan diajarkan pada anak saya??

9. Teachers matter.. and other stuff
Oh, ya.. Dulu saya bahkan mempertanyakan lulusan para gurunya loh.. Saya ingin anak saya dididik dengan benar.. Yup, saya serese itu kalau bertanya soal sekolahan.. Tapi justru yang juga ga kalah pentingnya adalah bagaimana pihak sekolah mengembangkan gurunya? Adakah penilaian dan observasi terhadap gurunya.. Bagaimana mereka mempersiapkan kurikulum, adakah training untuk mengembangkan keilmuan mereka dalam mengajar? Karena mereka yang menjadi front liner dalam pendidikan anak kita..
Tidak lupa ukuran kelas.. Hmm, susah ya kalau sekolah "laris" pasti 1 kelas banyak muridnya. Lihat kondisi si anak ya mom, jika dia mampu mengikuti, bisa terbuka bertanya, dan masih dalam taraf ok ga masalah sih.. Tapi kalau dia sudah keteteran, lebih baik pilih sekolah yang bisa mengajarkan anak kita dengan lebih fokus...

10. School fair
Daripada repot-repot jabanin semua sekolah, coba deh datangi school fair. Biasanya kalau mau mulai ajaran baru, mereka suka ngadain acara beginian. Simple, ga ribet dan langsung bisa tanya harga sekalian..

OK.. End of the story.. Gw bukan bermaksud mengurui, tapi gw cuman mau share apa yang menjadi pemilihan kami dalam memilih sekolah. Karena dulu ga ada mata pelajaran "how to be a parents" kan? Hope it helps, mom..




Comments

My Other Celotehan